Perjuanan Rakyat Temanggung
Di tahun 1945 untuk
membantu Kol. Sudirman, dan pasukannya, rakyat Temanggung menyiapkan makanan
dan membuat dapur umum, antara lain di Temanggung. Dapur Umum adalah tempat
memasak bahan makanan untuk tentara-tentara dan sukarelawan. Para sukarelawan
dan tentara itu melewati Temanggung dalam perjalanan ke Magelang dan Ambarawa. Banyak
sukarelawan yang masih baru berumur belasan tahun.
Untuk membantu Kol.
Sudirman, dan pasukannya, rakyat menyiapkan makanan dan membuat dapur umum,
antara lain di gedung Kabupaten Temanggung. Dapur Umum adalah tempat memasak
bahan makanan untuk tentara-tentara dan sukarelawan. Para ibu-ibu yang tergabung sebagai anggota Persatuan
Wanita Indonesia disingkat Perwari yang
bertugas memasak nasi dan lauk-pauk di dapur umum yang ada di gedung Kabupaten
Temanggung tersebut. Para ibu-ibu ini saat menjalankan tugasnya bisa sampai
malam baru pulang ke rumah masing-masing.
Kantor Kementerian
Pekerjaan Umum yang ada di Temanggung diminta oleh Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) untuk membantu pengangkutan, karena tentara tahu ada pick-up yang
dimiliki oleh kantor tersebut. Kantor Kementerian
Pekerjaan Umum yang ada di Temanggung menyerahkan inventaris kantor antara lain dua buah pick-up merk Desoto beserta 2 sopirnya, untuk membawa
tentara dan membantu transportasi di Ambarawa. Tidak ada proses administrasi
apapun atas peminjaman atau permintaan itu karena ini semua adalah kepentingan
RI. Dari laporan salah seorang sopir yang sempat terluka di tangannya karena
kena peluru Sekutu, kembali ke Temanggung dari Ambarawa dan melapor kepada Kepala
Kantor Kementerian Pekerjaan Umum yang
ada di Temanggung bahwa kedua buah pick-up itu telah hancur.
Dalam peperangan di
Ambarawa dari bulan Oktober sampai Desember 1945 itu, TKR dapat mendesak
Tentara Sekutu ke Semarang. Pertempuran di Ambarawa itu dikenal sebagai Palagan
Ambarawa.
Selanjutnya pada tahun 1947 Belanda menyiapkan Agresi Militer I.
Pesawat pengintai Belanda, secara
berkala terbang rendah di atas
Temanggung untuk mengamati
keadaan. Tentara Nasional Indonesia, TNI nama baru dari TKR tidak mempunyai
pesawat terbang ataupun senjata anti pesawat terbang yang memadai untuk
menembak sehingga pesawat capung Belanda itu dapat terbang dengan aman
kemanapun dia terbang.
Banyak orang-orang
berlatih tiarap sambil bergerak maju membawa senapan kayu dan bambu runcing. Di
temanggung banyak rombongan orang yang masing-masing membawa bambu runcing dan
senapan kayu menuju ke Parakan. Di Parakan kota kecil dekat Temanggung ada
seorang kyai yang dapat memberi doa yang dipercaya dapat membuat orang yang
berperang akan selamat walaupun senjatanya hanya bambu runcing ataupun senapan
kayu. Sukarelawan yang membawa senapan kayu berharap agar bila dalam pertempuran
dia dapat merebut atau menemukan senjata musuh, maka dia dapat menggunakan
senjata yang benar.
Selama
beberapa hari opzichter dari Kantor Kementerian Pekerjaan
Umum yang ada di Temanggung yang bernama Abdullah Angudi (opzichter
adalah pengawas atau supervisor teknik) membantu
memasang bom-bom pada jembatan-jembatan, gedung-gedung, pabrik dan tempat lain
yang dapat digunakan Belanda. Bom-bom
ditempatkan pada tempat yang tepat agar dengan amunisi yang terbatas akan
menghasilkan kerusakan yang besar. Opzichter dari Kantor Kementerian Pekerjaan
Umum yang ada di Temanggung yang
bernama Abdullah Angudi diajak karena dianggap tahu pada struktur bangunan
dan jembatan mana yang paling mudah dihancurkan dengan amunisi yang terbatas
itu. Bom yang akan diledakkan disebut trek-bom. Cara menggunakannya ialah
dengan menarik kawat dari kejauhan yang memicu detonator sehingga bom akan
meledak.
TNI sedang
membuat rencana bumi hangus, seperti tentara Rusia waktu melawan tentara Nazi
Jerman yang menyerbu Rusia pada tahun 1941. Bila infrastruktur rusak, pada
waktu Belanda datang, pasukan Belanda terhalang transportasinya dan tidak
mendapatkan fasilitas tempat berlindung dari cuaca.
Beberapa
orang swasta yang mempunyai pabrik dan tidak sadar akan perjuangan bangsa,
sangat tidak suka kepada Abdullah Angudi dan orang-orang yang bekerjasama
dengan TNI mempersiapkan penghancuran
pabrik-pabrik mereka.
Pada bulan
Juli 1947 melalui Agresi Militer I yang dinamakan Operatie Product, Belanda menduduki banyak daerah Republik
diantaranya Temanggung.
Orang-orang yang punya
pabrik yang tidak ikhlas akan perjuangan RI melaporkan kepada Belanda,
siapa-siapa yang telah membantu tentara dalam melakukan bumi hangus itu. Salah
seorang pegawai PU yang dilaporkan dan tertangkap ditembak mati oleh regu
tembak Belanda. Dua tahun sebelumnya bangsa Belanda telah berjuang melawan Nazi
Jerman di negaranya, tetapi di Indonesia bangsa Belanda justru melakukan hal
seperti apa yang dilakukan Jerman terhadap bangsa Belanda.
Belanda sebenarnya juga
mencari Abdullah Angudi beserta
keluarganya akan tetapi beliaunya sudah tidak berada di Temanggung lagi.
Abdullah Angudi selamat dari pencarian dari mata-mata dan pembunuhan oleh regu
tembak maut itu karena pada beberapa
bulan sebelum Juli 1947, ayah Abdullah Angudi ditunjuk oleh
Kementerian Pekerjaan Umum agar pindah ke Yogyakarta untuk sekolah lagi di Universiteit Gadjah Mada Fakulteit
Teknik. Keluarga Abdullah Angudi pindah dengan naik kereta api, sedangkan
barang-barang dibawa dengan gerobak sapi kepunyaan kantor yang makan waktu tiga
hari perjalanan dari Temanggung ke Yogyakarta.
Di Yogyakarta
keluarga Abdullah Angudi tinggal di sebuah
rumah petak di Jl. Bugisan no. 5 di mana
beberapa keluarga sudah tinggal sebelumnya, yaitu keluarga-keluarga pelukis grafis Abdulsalam
dan pelukis Soerono.
Ditengah
rumah Abdullah Angudi terdapat ruangan yang agak luas dan bersih yang digunakan sebagai tempat kerja para pelukis yang tiap pagi
datang dan pulang siang hari. Mereka yang sering saya lihat adalah adalah
pelukis-pelukis Soedibjo yang rambutnya
klimis, Ramli, Oesman Effendi dan Tino Sidin selain Soerono dan Abdulsalam.
Kadang-kadang datang pelukis tamu yaitu Soekamto dan pernah Pak Djon panggilan
pelukis S. Soedjojono ke Jalan Bugisan.
Di ruang
tengah itulah terdapat lukisan-lukisan bernuansa perjuangan pesanan Kementerian
Pemuda dan Pembangunan di antara lukisan-lukisan lainnya, tube cat minyak dan
kwas.
Sumber :
Sardjono Angudi (putra dari Abdullah Angudi)
Sardjono Angudi (putra dari Abdullah Angudi)
1 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar