Selasa, 06 Januari 2015

Perjuangan Rakyat Temanggung


Perjuanan Rakyat Temanggung

Di tahun 1945 untuk membantu Kol. Sudirman, dan pasukannya, rakyat Temanggung menyiapkan makanan dan membuat dapur umum, antara lain di Temanggung. Dapur Umum adalah tempat memasak bahan makanan untuk tentara-tentara dan sukarelawan. Para sukarelawan dan tentara itu melewati Temanggung dalam perjalanan ke Magelang dan Ambarawa. Banyak sukarelawan yang masih baru berumur belasan tahun.
Untuk membantu Kol. Sudirman, dan pasukannya, rakyat menyiapkan makanan dan membuat dapur umum, antara lain di gedung Kabupaten Temanggung. Dapur Umum adalah tempat memasak bahan makanan untuk tentara-tentara dan sukarelawan.  Para ibu-ibu yang tergabung sebagai anggota Persatuan Wanita Indonesia disingkat Perwari yang bertugas memasak nasi dan lauk-pauk di dapur umum yang ada di gedung Kabupaten Temanggung tersebut. Para ibu-ibu ini saat menjalankan tugasnya bisa sampai malam baru pulang ke rumah masing-masing.
Kantor Kementerian Pekerjaan Umum yang ada di Temanggung diminta oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) untuk membantu pengangkutan, karena tentara tahu ada pick-up yang dimiliki oleh kantor tersebut.  Kantor Kementerian Pekerjaan Umum yang ada di Temanggung  menyerahkan inventaris kantor antara  lain dua buah pick-up merk Desoto beserta 2 sopirnya, untuk membawa tentara dan membantu transportasi di Ambarawa. Tidak ada proses administrasi apapun atas peminjaman atau permintaan itu karena ini semua adalah kepentingan RI. Dari laporan salah seorang sopir yang sempat terluka di tangannya karena kena peluru Sekutu, kembali ke Temanggung dari Ambarawa dan melapor kepada Kepala Kantor  Kementerian Pekerjaan Umum yang ada di Temanggung bahwa kedua buah pick-up itu telah hancur.
Dalam peperangan di Ambarawa dari bulan Oktober sampai Desember 1945 itu, TKR dapat mendesak Tentara Sekutu ke Semarang. Pertempuran di Ambarawa itu dikenal sebagai Palagan Ambarawa.
Selanjutnya pada tahun 1947 Belanda menyiapkan Agresi Militer I. Pesawat pengintai Belanda,  secara berkala terbang rendah di atas  Temanggung  untuk mengamati keadaan. Tentara Nasional Indonesia, TNI nama baru dari TKR tidak mempunyai pesawat terbang ataupun senjata anti pesawat terbang yang memadai untuk menembak sehingga pesawat capung Belanda itu dapat terbang dengan aman kemanapun dia terbang.
Banyak orang-orang berlatih tiarap sambil bergerak maju membawa senapan kayu dan bambu runcing. Di temanggung banyak rombongan orang yang masing-masing membawa bambu runcing dan senapan kayu menuju ke Parakan. Di Parakan kota kecil dekat Temanggung ada seorang kyai yang dapat memberi doa yang dipercaya dapat membuat orang yang berperang akan selamat walaupun senjatanya hanya bambu runcing ataupun senapan kayu. Sukarelawan yang membawa senapan kayu berharap agar bila dalam pertempuran dia dapat merebut atau menemukan senjata musuh, maka dia dapat menggunakan senjata yang benar.
Selama beberapa hari opzichter dari Kantor Kementerian Pekerjaan Umum yang ada di Temanggung yang bernama Abdullah Angudi  (opzichter adalah pengawas atau supervisor teknik) membantu memasang bom-bom pada jembatan-jembatan, gedung-gedung, pabrik dan tempat lain yang dapat digunakan Belanda.  Bom-bom ditempatkan pada tempat yang tepat agar dengan amunisi yang terbatas akan menghasilkan kerusakan yang besar. Opzichter dari Kantor Kementerian Pekerjaan Umum yang ada di Temanggung yang bernama Abdullah Angudi diajak karena dianggap tahu pada struktur bangunan dan jembatan mana yang paling mudah dihancurkan dengan amunisi yang terbatas itu. Bom yang akan diledakkan disebut trek-bom. Cara menggunakannya ialah dengan menarik kawat dari kejauhan yang memicu detonator sehingga bom akan meledak.
TNI sedang membuat rencana bumi hangus, seperti tentara Rusia waktu melawan tentara Nazi Jerman yang menyerbu Rusia pada tahun 1941. Bila infrastruktur rusak, pada waktu Belanda datang, pasukan Belanda terhalang transportasinya dan tidak mendapatkan fasilitas tempat berlindung dari cuaca.
Beberapa orang swasta yang mempunyai pabrik dan tidak sadar akan perjuangan bangsa, sangat tidak suka kepada Abdullah Angudi dan orang-orang yang bekerjasama dengan TNI mempersiapkan  penghancuran pabrik-pabrik mereka.
Pada bulan Juli 1947 melalui Agresi Militer I yang dinamakan Operatie Product, Belanda menduduki banyak daerah Republik diantaranya Temanggung.
Orang-orang yang punya pabrik yang tidak ikhlas akan perjuangan RI melaporkan kepada Belanda, siapa-siapa yang telah membantu tentara dalam melakukan bumi hangus itu. Salah seorang pegawai PU yang dilaporkan dan tertangkap ditembak mati oleh regu tembak Belanda. Dua tahun sebelumnya bangsa Belanda telah berjuang melawan Nazi Jerman di negaranya, tetapi di Indonesia bangsa Belanda justru melakukan hal seperti apa yang dilakukan Jerman terhadap bangsa Belanda. 
Belanda sebenarnya juga mencari Abdullah Angudi beserta  keluarganya akan tetapi beliaunya sudah tidak berada di Temanggung lagi. Abdullah Angudi selamat dari pencarian dari mata-mata dan pembunuhan oleh regu tembak maut itu karena pada beberapa  bulan sebelum Juli 1947, ayah Abdullah Angudi ditunjuk oleh Kementerian  Pekerjaan Umum  agar pindah ke Yogyakarta untuk  sekolah lagi di Universiteit Gadjah Mada Fakulteit Teknik. Keluarga Abdullah Angudi pindah dengan naik kereta api, sedangkan barang-barang dibawa dengan gerobak sapi kepunyaan kantor yang makan waktu tiga hari perjalanan dari Temanggung ke Yogyakarta.
Di Yogyakarta  keluarga Abdullah Angudi tinggal di sebuah rumah petak di Jl. Bugisan no. 5 di mana  beberapa keluarga sudah tinggal sebelumnya, yaitu  keluarga-keluarga pelukis grafis Abdulsalam dan pelukis Soerono.
Ditengah rumah Abdullah Angudi terdapat ruangan yang agak luas dan bersih   yang digunakan sebagai  tempat kerja para pelukis yang tiap pagi datang dan pulang siang hari. Mereka yang sering saya lihat adalah adalah pelukis-pelukis  Soedibjo yang rambutnya klimis, Ramli, Oesman Effendi dan Tino Sidin selain Soerono dan Abdulsalam. Kadang-kadang datang pelukis tamu yaitu Soekamto dan pernah Pak Djon panggilan pelukis S. Soedjojono ke Jalan Bugisan. 
Di ruang tengah itulah terdapat lukisan-lukisan bernuansa perjuangan pesanan Kementerian Pemuda dan Pembangunan di antara lukisan-lukisan lainnya, tube cat minyak dan kwas.

Sumber :
Sardjono Angudi (putra dari Abdullah Angudi)
1 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar