Selasa, 28 April 2015

Menteri Pembangunan dan Pemuda Soepeno "Sang Menteri Gerilya"

Menteri Pembangunan dan Pemuda Soepeno 
"Sang Menteri Gerilya"

Menteri Soepeno
1916 - 1949

Soepeno menikahi Tien (lalu disebut sebagai Tien Soepeno) pada 1943, ketika tentara Dai Nippon bercokol di Indonesia. Soepeno adalah seorang pegawai Jawa Hokookaai. Ketika itu, Soepeno termasuk pemuda yang aktif dalam organisasi yang menentang penjajah, seperti Badan Permusyawaratan Pelajar-Pelajar Indonesia (Baperppi). Itu yang membuat Soepeno cukup dekat dengan Bung Karno dan Bung Hatta.
Setelah proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945 ditetapkan, para politikus muda mengambil peran untuk melaksanakan tugas-tugas negara. Soepeno salah satu diantara para politikus muda yang mengambil peran dalam melaksanakan tugas-tugas negara.
Soepeno muda merupakan konseptor berbagai perubahan dalam membentuk badan-badan kelembagaan negara. Bersama para anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dia mengajukan gagasan kepada dwitunggal Soekarno-Hatta, untuk mengadakan sidang KNIP yang kemudian bertugas menjadi MPR dan DPR. Hal itulah yang mendasari keluarnya Maklumat Negara RI No X tanggal 16 Oktober1945. Setelah itu dibentuklah Badan Pekerja KNIP, dengan Soepeno sebagai ketuanya.
Ketika Bapak Soepeno diberi tugas ke Bukittinggi untuk menyiapkan pemerintahan darurat RI, Tien Soepeno dititipkan ke Banjarnegara. Namun karena Banjarnegara tidak aman, Tien Soepeno diminta ke desa-desa bergabung dengan istri Kolonel Gatot Subroto.
Pada 1947, Bung Hatta memimpin kabinet presidensiil dan Soepeno diangkat sebagai Menteri Pembangunan dan Pemuda. Di masa-masa sulit karena Belanda melancarkan Agresi Militer kedua Desember 1948, Yogya diduduki Belanda dan para pemimpin negara ditangkap. Sebagai anggota pemerintah pusat yang masih bebas, Soepeno menggerakkan roda pemerintahan di daerah yang belum dikuasai rakyat. Hal itu membuatnya dijuluki menteri gerilya.

Di Desa Serak Menteri Soepeno merintis usaha di bidang penerangan dalam bentuk penerbitan majalah yang diberi nama “Berita Praja”. Dipimpin Andi Ananto dengan dibantu beberapa pemuda.  
Naas tiba, Kamis 24 Februari1949, Soepeno yang sedang mandi ditembak oleh tentara Belanda. Bersama pejuang lain, dia dibawa ke Dusun Ganter, Desa Ngliman, Nganjuk. Soepeno yang memakai baju warok tidak mengaku sebagai menteri ketika diinterogasi demi menjaga negara dan melindungi kawan-kawan seperjuangannya. Akhirnya, Soepeno gugur pada usia 33 tahun karena dieksekusi dengan cara ditembak bersama ajudannya.
Kira-kira sebulan kemudian, pada tanggal 10 Maret 1949, keluarga Menteri Soepeno baru bisa mengetahui peristiwa gugurnya Menteri Supeno karena keterbatasan komunikasi.

Sabtu, 25 April 2015

Menjadi Tamu Undangan di Sarasehan PWK III Kota Yogyakarta 22 April 2015

 Menjadi Tamu Undangan di Sarasehan PWK III Kota Yogyakarta 22 April 2015

Kegiatan Komunitas Djokjakarta 1945 di bulan April 2015. Diundang oleh Paguyuban Wehrkreise III Koa Yogyakarta yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, Museum Monumen Djokja Kembali (Monjali), serta PWK III Kota Yogyakarta di Gedung G lantai 2 Museum Vredeburg yang pada tanggal 22 April 2015 mengadakan Sarasehan dengan tema Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Yogya Kembali 29 Juni 1949 Sebagai Tonggak Perjuangan Menuju Terwujudnya NKRI yang Merdeka, Berdaulat dan Merakyat" dengan pembicara H. Muhammad Jazir ASP dan KRT. Jatiningrat. 


H Muhammad Jazir ASP dan KRT Jatiningrat sebagai narasumbernya

Utusan dari Komunitas Djokjakarta 1945

Anggota Komunitas Djokjakarta 1945 mengajukan pertanyaan kepada narasumber

Foto bersama Ibu Juwariyah pelaku perjuangan kemerdekaan melawan penjajah Belanda

Anggota Komunitas Djokjakarta 1945 foto bersama dengan Pak R Sudjono (putra dari Mayor R Sardjono komandan SWK 102) bersama narasumber KRT Jatiningat

KRT Jatiningrat mengeluarkan dokumen untuk direpro oleh Komunitas Djokjakarta 1945
 
 
 
 

 


Kamis, 09 April 2015

RAF di Far East 1945 1946

RAF di Far East 1945 1946

Inilah foto-foto tentang RAF di Far East 1945 1946

Mekanik RAF sedang mengecek mesin pesawat buatan Jepang Kawanishi H6K di lapangan terbang Kemayoran. Nampak sudah ada marking Indonesia.


Nampak di foto Kopral Ralph Hayden dan Harry Pearce dari skuadron 80 (RAF) di antara bagian-bagian dari pesawat Jepang di lapangan terbang Kemayoran. Nampak sudah ada marking Indonesia.
Pasukan Inggris mengambil alih pangkalan udara Kalijati dari tentara Jepang, dan menyita pesawat militer Jepang yang ada di sana. Nampak dua pesawat  Nakajima Ki.49 Donryu (julukan Sekutu: 'Helen') dalam hanggar di lapangan udara Kalidjati, Jawa. Di latar belakang adalah pesawat pembom  Yokosuka P1Y Ginga. Banyak pesawat Jepang, diterbangkan oleh aircrew Jepang, yang digunakan oleh Royal Air Force setelah Jepang menyerah.
Pasukan Inggris menggunakan lapangan udara Kemayoran sebagai basis kekuatan udaranya. Dari sini mereka melakukan serangan udara antara lain ke Cilacap, Solo, dan Surabaya. Mereka menjaga pangkalan ini dengan satuan lapis baja dan mempekerjakan tawanan Jepang sebagai tenaga pembersih. 
Data skuadron RAF yang ada di Hindia Belanda di tahun 1945 - 1946



Panser-panser intai made in Afrika Selatan Marmon-Herrington Mk.3 Resimen RAF dalam tugas penjagaan perimeter bandara Kemayoran, Jakarta pada akhir 1945. sejumlah skadron tempur dan angkut RAF berpangkalan di bandara ini untuk mendukung Misi AFNEI khususnya operasi-operasi tempur Divisi India ke-23 di dataran Bandung, kawasan sekitar Jakarta dan sepanjang jalur Jakarta-Bandung via Puncak Pass maupun Sukabumi.

Para tawanan Jepang tengah bekerja membersihkan landasan Bandar Udara Kemayoran, Jakarta pada akhir 1945 fihak Inggris menggunakan ratusan tawanan Jepang untuk sejumlah pekerjaan kasar termasuk sebagai kuli pemunggah muatan kapal suplai di pelabuhan Tanjung Priok. Sekitar 2000 tawanan Jepang dipergunakan sebagai tenaga kasar di Jakarta dan 7000 lainnya di Bandung selama tahun 1946. Sebuah tindakan pelanggaran Konvensi Jenewa karena memakai tawanan perang sebagai pekerja paksa.


Letnan Jendral Nagano bersama Mayor Jendral Yamamoto serta staff Jepang lainnya meninggalkan Kemayoran menuju Singapura dikawal oleh RAF.


Pasukan Mahratta India (Gurkha) memuat peralatan mereka dari pesawat angkut Dakota Skuadron 31 di Batavia (Jakarta), siap untuk terbang ke Bandoeng.

Tentara Jepang dipekerjakan sebagai kuli angkut untuk membantu RAF mengirimkan logistik ke Bandung dengan pesawat Dakota.

Awak pesawat Dakota dari Skuadron 31 sedang menerjunkan logistik ke posisi Sekutu di atas daerah Cianjur.

Seorang serdadu Jepang mengawasi pendaratan sebuah C-47 Dakota Skadron 31 RAF di Lanud Andir, Bandung, Maret 1946. skadron ini menjadi air bridge yang bertugas mendorong logistik bagi Brigade ke-36 Divisi India ke-23 di Bandung setelah jalur darat Jakarta-Bandung via Puncak Pass dan Sukabumi menjadi semakin tidak aman bagi konvoi suplai akibat penghadangan berat oleh TRI disepanjang rute tersebut.

Seorang gadis Belanda sedang mengantarkan minuman dan kue buat awak pesawat Skuadron 31 RAF di bandung.

Sekelompok interniran Belanda menuju pesawat Dakota dari Skuadron  31, RAF di Bandoeng Jawa Barat untuk penerbangan ke Batavia. September - Oktober 1945

Sekelompok interniran Belanda akan naik pesawat Dakota dari Skuadron  31, RAF di Bandoeng Jawa Barat untuk penerbangan ke Batavia. September - Oktober 1945


Interniran sipil Belanda akan menaiki pesawat terbang milik Royal Air Force yaitu pesawat Sunderland dari Skuadron 230, RAF di Batavia di Jawa untuk penerbangan ke Singapura . Setiap Sunderland bisa membawa antara 40 dan 50 penumpang di setiap penerbangan. September - Oktober 1945

Para interniran Belanda di Penjara Cideng dekat Roxy Batavia Jakarta bertemu dengan pasukan dari RAF.

Pasukan RAF membantu interniran Belanda menuju ke Singapura di lapangan terbang Kemayoran.

Personil dari RAF membantu remaja Belanda memasangkan jaket pelampung sebelum terbang ke Singapora dari lapangan terbang Kemayoran.


Pramugari pesawat sedang membantu personel RAF membuat kopi di pesawat terbang dalam penerbangan dari Kemayoran Jakarta ke Singapura.
Interniran sipil Belanda meninggalkan pesawat Royal Air Force Transport Command Dakota di mana mereka diterbangkan dari Sumatera menuju ke Singapura.

Aircrew dari Skuadron 110 RAF (Royal Air Force) , berjalan melewati barisan unit DH 98 Mosquito Mk VI di lapangan udara di Pulau Labuan setelah serah terima yang dari Angkatan Udara Australia RAAF (Royal Australian Air Force).
RAF di Far East 1945 1946 

James Gibson dan Flight Lieutenant A Jacomb-Hood dari Skuadron 47 sedang melakukan brefing di lapangan terbang Kemayoran untuk persiapan pemboman stasiun radio milik Indonesia yang ada di Surakarta Jawa Tengah.

Awak darat Skuadron 47 RAF (Royal Air Force) di lapangan terbang Kemayoran sedang memasang roket di pesawat DH 98 Mosquito Mk IV untuk persiapan serangan di stasiun radio di Soerakarta di Jawa Tengah. Stasiun radio yang didirikan oleh pasukan nasionalis Indonesia.Dari data yang dilansir pihak Inggris pada tanggal 24 November 1945 stasiun radio di Yogyakarta dan di Surakarta dihancurkan oleh skuadron udara 47 setelah sebelumnya skuadron 27 menjatuhkan leaflet peringatan.
Sedangkan data yang ada di pihak Indonesia peristiwa penyebaran leaflet dan pemboman ini dilakukan p
ada Minggu 25 Oktober 1945 jam delapan pagi, dua pesawat pembom Sekutu dari Skuadron 27 dengan menggunakan pesawat pembom dari jenis Beaufighter X yang berpangkalan di Kemayoran, terbang di atas Yogya untuk menyebar selebaran-selebaran berisi ancaman pengeboman atas gedung RRI. Seperempat jam kemudian, mereka benar-benar mengebom gedung RRI Yogyakarta serta pabrik Watson dan mengakibatkan 7 orang meninggal serta beberapa orang luka-luka. Untungnya pemancar-pemancar selamat dan para pegawai bisa lolos. Setelah itu, RRI Yogya tetap berjuang dan dibom lagi. Malam sesudah serangan itu, para penyiar tetap mengudara untuk membakar semangat juang. Akibatnya, pada 27 Oktober 1945 pesawat-pesawat Sekutu dari skuadron 47 dengan menggunakan pesawat DH 98 Mosquito Mk VI membom lagi. Kali ini terjadi banyak kerusakan parah yaitu menghancurkan Balai Mataram dan Sonobudoyo.

Di lapangan udara Kemajoran Batavia / Jakarta,   Letnan A Jacomb - Hood DFC dari Skuadron 47 RAF (Royal Air Force) bercerita kepada awak darat nya tentang serangan di stasiun radio di Soerakarta di Jawa Tengah. Stasiun radio yang didirikan oleh pasukan nasionalis Indonesia. 
RAF di Far East 1945 1946

Para tentara anggota Squadron 60 RAF, sedang berpose pada pesawat Thunderbolt. Skuadron 60 inilah  yang membantu tentara India bertempur di Surabaya.
RAF di Far East 1945 1946 

Pesawat Thunderbolt dari Skuadron 81, Royal Air Force (RAF), di Batavia yang sedang dipersenjatai dan mengisi bahan bakar dalam persiapan untuk serangan mendadak terhadap pasukan nasionalis Indonesia.

 Sebuah pesawat Thunderbolt dari skuadron 81 sedang melakukan pengisian bahan bakar dan nampak adanya tangki bahan bakar di sayapnya untuk cadangan bahan bakar saat melakukan penerbangan udara jarak jauh.

Awak darat dari Skuadron 81 sedang mempersiapkan pesawat Thunderbolt di lapangan terbang Kemajoran, Batavia, dalam kesiapan untuk operasi terhadap nasionalis Indonesia di Sourabaya (Soerabaja) di Jawa Timur.
RAF di Far East 1945 1946


Di data di atas disebutkan kalau pesawat dari jenis Thunderbolt dari Skuadron 81 dengan serial number 19985 dengan tail number KJ226 jatuh di danau di daerah Ambaawa tanggal 23 November 1945. 
Sementara dari versi Indonesia disebutkan kalau pesawat tersebut pada tanggal 27 Desember 1945 tentara Sekutu melakukan patroli udara dengan menggunakan pesawat dari jenis Thunderbolt di atas udara daerah Tuntang an Asinan.
Serangan udara Sekutu kali ini dihadapi oleh pasukan gabungan dari Divisi Surakarta dengan gigih. Tembakan-tembakan meram PSU yang diawaki oleh Letnan Hadikusumo berhasil tepat mengenai pesawat dari jenis Thunderbolt tersebut.
Pilot pesawat lalu tidak dapat lagi mengendalikan pesawatnya sehingga menghantam pohon kelapa dan akhirnya jatuh di Rawa Pening di tepi desa Sumurup. Pilot pesawatnya masih hidup meskipun kedua belah kakinya patah. Naas nasib sang pilot ini karena lalu dikeroyok rakyat hingga tewas.
Senjata mitraliyur yang terdapat di pesawat terbang musuh berhasil dirampas oleh pasukannya Letnan Slamet Riyadi dari TKR Divisi Surakarta selanjutnya dipergunakan untuk melengkapi persenjataan pasukannya.


Sebuah bangunan Pengadilan di Surabaya yang hancur akibat pemboman pesawat Thunderbolt dari Skuadron 60 RAF.

Pesawat DH 98 Mosquito milik RAF di Surabaya bersama pesawat Dakota.

Di Surabaya pasukan RAF Inggris menggunakan pesawat pengintai berjenis Taylorcraft Auster AOP Mark V.

Pesawat Thunderbolt bersap-siap tinggal landas dari lapangan terbang Kemayoran untuk operasi terhadap nasionalis Indonesia di Cibadak.
RAF di Far East 1945 1946

Mobil lapis baja dari Royal Air Force Resimen berpatroli di sebuah jalan di Batavia setelah periode peningkatan pertempuran antara Indonesia nasionalis (pejuang kemerdekaan Indonesia) dan otoritas kolonial (Belanda dan pihak sekutunya).

Rabu, 01 April 2015

Letnan Jendal Soedirman di Borobudur


Letnan Jendral Soedirman di Borobudur

Pada bulan Maret 1947 di sekitar Candi Borobudur 
Panglima Besar Letnan Jenderal Soedirman menyaksikan latihan perang Laskar Cadangan.
Sumber foto
Arsip Nasional Republik Indonesia