Masih ingatkah dengan pasukan Panembahan Senopati yang memiliki SMB 12,7mm. Salah satu anggotanya bernama Ign.Dewanto. Ign.Dewanto ini dilahirkan dari keluarga Katolik dari pasangan Bapak.M.Mardjahardjana dan Ibu.Theresia Sutijem di daerah Kalasan, Yogyakarta pada 9 Agustus 1929. Bapak.M.Mardjahardjana merupakan seorang guru.
Dan saat bersekolah di Solo Ign.Dewanto bergabung dengan Tentara Pelajar di bawah pimpinan Slamet Riyadi.
Di Tentara pelajar di Solo ini Ign.Dewanto bersama dengan Sri Mulyono Herlambang sering bergabung bersama Pasukan Pertahanan Pangkalan / PPS-105 Pasukan Panembahan Senopati-105 pimpinan OMO Opsir Moeda Oedara II A.Wiriadinata.
Pasukan Pertahanan Pangkalan / PPS-105 Pasukan Panembahan Senopati-105
Nampak Pasukan Pertahanan Pangkalan / PPS-105 Pasukan Panembahan Senopati-105 yang memiliki SMB dengan kaliber 12,7 mm saat menyergap dan menghadang
iring-iringan tentara Belanda.
Setelah perang usai dan ada pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda selanjutnya Ign.Dewanto bergabung dengan AURI pada 25 Juli 1950 bersama rekan Tentara Pelajar yang lain, diantaranya adalah Sri Mulyono Herlambang, Abdul Kadir dan Soegiarto.
Setelah bergabung dengan AURI dikirim ke Amerika Serikat menjadi Cadet di Sekolah Penerbang TALOA Trans Ocean Airlines Oakland Airport, California AS.
Lulus dari TALOA dan kembali ke Indonesia pada tahun 1952, beliau melanjutkan dinas sebagai Instruktur di Sekolah Penerbang Lanjutan/SPL di Lanud Husein Sastranegara, Bandung dan pada tahun 1954, beliau resmi bergabung di Skadron Udara 3, sarang Mustang.
Ign. Dewanto di depan P 51 Mustang
Pada peringatan HUT RI ke-10 beliau memimpin selusin AT-6 Harvards flypass diatas The Presidential Palace dan membentuk formasi angka 10. AT-6 Harvards diterbangkan dari Lanud Kalidjati, Subang.
Setelah menjadi penerbang salah satu rekannya sesama Tentara Pelajar dari Solo yaitu Bapak.Soegiarto gugur saat pesawat P-51 Mustang yang diterbangkannya crash di Depok, Jawa Barat.
18 Mei 1958, Kapten Udara Ignatius Dewanto sedang berada di Lapangan Terbang Liang. Saat itulah dia menerima laporan ada pesawat B-26 Invader yang menyerang Kota Ambon. Pasukan TNI memang selalu dalam keadaan siaga, Angkatan Udara Revolusioner Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta), kerap menyerang wilayah RI.
Dewanto bergerak cepat. Dia segera memacu pesawat P-51 Mustang kebanggannya ke ujung landasan. Salah satu pilot terbaik Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) itu bergerak mencari musuhnya.
Di atas Kota Ambon, Dewanto melihat kerusakan akibat serangan pesawat udara. Namun dia tidak menemukan B-26 buruannya. Setelah bergerak ke arah Barat, Dewanto baru melihat B-26 itu. Rupanya pesawat yang dipiloti Allan Lawrence Pope itu hendak menyerang konvoi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).
Dewanto segera menyerang pesawat musuh itu dengan senapan mesin 12,7 mm dan roket pesawat P-51 Mustang. Berhasil, pesawat itu terbakar dan jatuh. Namun Allan Pope dan juru radio Hary Rantung berhasil selamat walau pesawat mereka ditembak jatuh Dewanto. Mereka sempat terjun dengan parasut sebelum pesawat mereka hancur. Beliau saat Operasi Trikora bersama anggota Detasemen Pasukan Chusus (DPC)/ RPKAD pernah melakukan inspeksi kesiapan Radar di wilayah Irian Barat.
Komodor Udara
Ignatius Dewanto
Komodor Udara Ignatius Dewanto juga hilang dalam penerbangan dari Medan ke Cot Girek, Aceh, pada tahun 1970, namun almarhum sudah diberhentikan dengan hormat dari TNI-AU dan saat itu sedang terbang sebagai pilot pesawat sipil milik maskapai carter SMAC (Sabang Merauke Air Charter).
Demikian sekelumit perjalanan dari Bapak Ign.Dewanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar