Jumat, 19 Desember 2014

Monumen Panglima Besar Sudirman di Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul

 Monumen Panglima Besar Sudirman di Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa paa Pahlawannya........
Saat tadi malam berdiskusi dengan Kepala Museum TNI AD Yogyakarta disebutlah Monumen di daerah Gunung Kidul yang merupakan tetenger Panglima Besar Jendral Sudirman.


Monumen yang menjulang setinggi kurang lebih 3 meter, terletak di kompleks objek wisata Goa Pindul, Bejiharjo, Karangmojo. Untuk dapat mencapainya kita harus melewati 180 anak tangga menanjak yang penuh dengan daun-daun kering berserakan terlihat hampir disemua penjuru. Adalah monumen Jenderal Soedirman, tugu yang didirikan tahun 1966 untuk mengenang jasa Panglima Besar Jenderal Sudirman. Pada monumen bersejarah ini ada prasasti yang bertuliskan "Peristiwa 10 Maret 1949. Markas komando pemerintahan militer Kabupaten Gunungkidul yang terletak di Desa Gelaran diserbu dan dibakar oleh tentara kolonial Belanda"
Sejarah kenapa di tempat ini didirikan Monumen ini berikut adalah sejarahnya seperti dituturkan oleh salah satu warga sana yang bernama Karmanto Hadi Kusuma, beliau menyebutkan bahwa dahulu di tempat itu merupakan rumah bersembunyinya Jendral Soedirman dari kejaran tentara Belanda. Ini rute Jendral Soedirman, jadi ceritanya dari Parangtritis menuju Gunungkidul melalui daerah Panggang. Dengan mengendarai kuda dan berpakaian layaknya petani lengkap dengan caping dan sabit sehingga hampir tidak ada yang mengenali kalau itu adalah Panglima Besar Jendral Sudirman. Kemudian dulu itu memutar hingga sampai di Wiladeg, Karangmojo dan singgah di sebuah ladang, kalau saat ini letaknya tepat di belakang Balai Desa Wiladeg. Kemudian jalan lagi ke arah utara sampai ke Gelaran hingga akhirnya sampai di sebuah rumah yang menjadi tempat persinggahan selama beberapa hari. Namun sayang, ada warga masyarakat yang menjadi telik sandi (mata-mata) Belanda dan melaporkan keberadaan Panglima Besar Jenderal Sudirman. Setelah diketahui oleh tentara Belanda, lantas tempat persembunyian tersebut dibakar. Namun hebatnya Panglima Besar Jenderal Sudirman dapat lolos dari sergapan tersebut.
Monumen ini menjadi penanda sejarah peristiwa pengeboman Belanda atas Desa Bejiharjo. Pengeboman dilakukan karena desa tersebut merupakan rute gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman kala memperjuangkan kemerdekaan RI dari Agresi Militer Belanda.
Kondisinya saat ini sangatlah memprihatinkan sekali. Terlihat coretan-coretan tangan jahil yang terpampang di setiap sisi monumen yang berdiri kokoh di atas bukit tersebut. Tapi sayang, masyarakat sakarang hanya tinggal menjaga, merawat dan menghormati jasa Pangsar Jenderal Soedirman, namun tidak sedikit pun yang acuh dan peduli terhadap peninggalan sejarah tersebut. ini nampak tidak terrawat. Terlihat dari kondisi sekitar monumen mulai dari anak tangga sampai pelataran sekitar monumen, daun-daun dan sampah plastik, kertas dan kaleng berserakan, sehingga menggangu pemandangan pengunjung yang ingin menikmati megahnya monument.
Seperti diamanatkan saat pertemuan untuk persiapan Peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 di tahun 2015 kita diminta mendokumentasikan terlebih dahulu monumen yang kondisinya tidak terawat untuk selanjutnya bisa menjadi bahan kegiatan kita ke depan untuk melakukan aktivitas "Bagimu Neheri" merawat monumen-monumen tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar