Selasa, 29 Maret 2016

Pertempuran Serut Versi Belanda

Pertempuran Serut Versi Belanda

Di kita pertempuran Serut banyak tertulis terjadi di awal bulan Juni 1949 di dekat dusun Serut Prambanan tentara Pelajar Kemerdekaan Batalyon 151, Brigade 10 Divisi III Diponegoro, serta regu tentara gerilya Brigade 17 TNI kompi 4 melakukan serangan terhadap kompeni Belanda yang menuju Wonosari.
Inilah kronologi Peristiwa Serut menurut versi kita
Dalam persiapannya pasukan kita telah dapat memperoleh dua bom lengkap dengan detonator listrik masing-masing seberat 250 kg, dari gudang senjata peninggalan Belanda tahun 1942. Menjelang pukul 08.00 pagi terdengar gemuruhnya suara konvoi yang datang dari arah Prambanan menuju ke selatan arah Piyungan – Wonosari. Konvoi dibiarkan mendekat dan pada saat sebagian besar kendaraan konvoi yang terdiri dari kendaraan lapis baja, brencarrier, truk dan jeep berada di antara atau dekat dua bom tersebut maka kedua bom diledakkan secara simultan. Sangat beruntung bagi pasukan dan rakyat Indonesia waktu itu, bahwa tentara Belanda tidak menaruh curiga atas adanya bom-bom tersebut. Oleh sebab itu, tentara Belanda pada serangan Serut ini menderita kerugian yang sangat besar, baik kerugian jiwa maupun kerugian material. Sebagai akibat dari ledakan-ledakan bom terlihat banyak anggota badan dan tengkorak tentara Belanda berserakan di sawah dan ladang sekitar kejadian, demikian juga potongan-potongan/kepingan-kepingan kendaraan lapis baja, truk dan jeep. Tentara Belanda yang selamat langsung mengkonsolidasi diri dan terjadi tembak-menembak antara kedua pihak. Selama berlangsungnya tembak-menembak sebagian tentara Belanda tampak mengupayakan penyelamatan jenazah-jenazah dan yang luka-luka dari pihak mereka. Setelah itu sisa-sisa konvoi tentara Belanda berbalik arah dan kembali ke pangkalannya di pabrik gula Tanjung Tirto.
Lalu bagaimanakah menurut data yang ada di Belanda sana mari kita simak data-data yang berasal dari postingan Bert-Jan Dierink dalam album yang berjudul Bert-Jan's museum yang diposting di group Indië-militairen 1945-1950.
Salah satu yang gugur di pihak Belanda bernama Johnny Tanke yang lahir pada tanggal 6 Januari 1927 sebagai anak ke-4 di keluarga Wilhelmus dan Johanna Tanke. Selanjutnya pada tahun 1947 Johnny Tanke mengikuti wajib militer dan bergabung dalam 5-5 RI. Oleh karena 5-5 RI ini berasal dari daerah Twente dan Achterhoek maka mereka sering yang dijuluki "The Yukkers".

Johnny Tanke muda 

Di masa mudanya Johnny Tanke adalah seorang anggota Pramuka Katolik, sebuah bagian dari Belanda Boy Scouts. Dan sebelum dikirim ke Indonesia dilatih terlebih dahulu selama 5 bulan di London Inggris. Pada tanggal 17 Desember 1947 Johnny Tanke pergi meninggalkan Rotterdam dengan MS Southern Cross menuju Indonesia untuk tugas wajib militer selama 2,5 sd 3 tahun. 

 Johnny Tanke saat sudah mulai dinas militer


Johnny Tanke di depan bren carrier dengan tulisan "Nelly"

Pada tanggal 16 Januari 1948, Johnny Tanke tiba di semarang, Suatu hari pasukan 5-5 RI termasuk didalamnya Johnny Tanke ditugaskan dengan dilengkapi senapan mesin berat, pasukan 5-5 RI harus melindungi konvoi. Ini ada dalam pengiriman peralatan untuk pergi Djokjakarta. Pada hari minggu, 22 Mei 1949 Johnny Tanke menjadi kapten-nya dalam sebuah operator personel lapis baja, "Pantserknots". 

Peta perjalanan konvoi pasukan 5-5 RI Belanda dari markasnya di Tanjung Tirto menuju ke Wonosari dalam suatu misi pengiriman peralatan.

Sekitar pukul 8 pagi itu sudah dekat desa Serut. Mereka tidak menduga akan adanya serangan dadakan di pagi itu. Pagi itu sebuah ledakan dari bom yang biasa terpasang di pesawat terbang dengan berat 250 kg yang terpasang di gorong-gorong. Meskipun Pantserknotsen dilapisi oleh baja tebal di sekitar bagian kendaraan ini tapi bagian lantai bawah kendaraan ini merupakan titik lemahnya. Akibat ledakan bom tersebut terjadi hujan debu dan batu dan potongan logam berjatuhan. 9 orang pasukan yang berada di Pantserknots 7 orang diantaranya langsung gugur kena ledakan tersebut. Johnny Tanke gugur dalam beberapa menit karena pendarahan dalam. Sedangkan seorang sersan dari veldgenie terluka parah.
Yang meninggal dalam peristiwa Serut ini adalah
1. Kapitein Evert Roering,
2. Sergeant Frans Timmerman,
3. Korporaal Lambertus Tuenter,
4. Soldaten Wim Buiting,
5. Wicher Huisman,
6. Theo Schoonheden,
7. Soldaat 1e klasse Johnny Tanke,
No 1 sd 7 ini berasal dari kesatuan 5-5 RI
8. Sergeant-majoor Frederik IJspaard yang berasal dari 5e Genie Veldcompagnie.
Setelah ledakan lalu diserang oleh pasukan pejuang kemerdekaan.
 
Kondisi bren carrier pasukan 5-5 RI yang luluh lantak setelah 
terkena trek bom seberat 250 kg di sekitar daerah Serut

 Kondisi samping jalan yang berlubang bekas ledakan trekbom seberat 250 kg 
di daerah Serut yang dipasang oleh TGP dan Batalyon 151

Sehari setelah kejadian yaitu pada hari Senin, tanggal 23 Mei 1949, para korban peristiwa Serut dimakamkan di pemakaman militer Candi Semarang.
 Peti-peti yang berisi jenasah para korban Peristiwa Serut dibawa 
untuk dimakamkan di pemakaman militer Candi Semarang

 
Liang lahat untuk memakamkan para korban peristiwa Serut
di pemakaman militer Candi Semarang


Makam dari Soldaat 1e klasse Johnny Tanke di pemakaman militer Candi Semarang
 Berita kematian Johnny Tanke

Tulisan di Surat kabar mengenai Peristiwa Serut :
BERITA TERBARU! 9 TENTARA TEWAS! "Minggu sekitar pukul 9, kurang lebih 250 km di utara Jogjakarta, sebuah kendaraan lapis baja ringan telah melindas bom tarik. Diberitakan bahwa insiden tersebut telah menewaskan 9 orang dan melukai satu tentara. Seorang lagi yang mengendarai brencarrier pengawal kendaraan lapis baja ringan tersebut dikabarkan turut tertembak. Sampai sejauh ini tidak diketahui apakah tentara itu meninggal. 9 Tentara yang tewas pada peristiwa tersebut adalah seorang Kapten, satu Sersan Mayor, 2 Kopral dan lima prajurit. Upacara pemakaman akan dilaksanakan pada hari Senin di salahsatu tempat pemakaman di Semarang"

Ini juga berita di surat kabar mengenai peristiwa di Serut


Surat keterangan yang dibuat oleh Batalyon 5-5 RI ke pihak keluarga Soldaat 1e klasse Johnny Tanke tertanggal 19 Juni 1949 dan dibuat di Tanjung Tirto 

Surat penghargaan bat Soldaat 1e klasse Johnny Tanke yang dikeluarkan 
pihak Batalyon 5-5 RI untuk pihak keluarga yang dikeluarkan bulan Januari 1951

 Tetenger dimana di tetenger itu tertulis nama Johnny Tanke

 Kondisi makam Johnny Tanke saat ini di pemakaman militer Candi Semarang

Dalam dokumentasi dari Belanda ini juga ada lampiran dokumen yang dibuat di Tanjung Tirto tempat markasnya Belanda waktu peristiwa Serut ini terjadi.
Demikian data-data korban pertempuran Serut dari pihak Belanda yang berasal dari Belanda sana.
Semoga saja data-data ini bisa melengkapi data yang ada di Indonesia. Kita belajar sejarah tidak hanya mengenang para korban di pihak Republik Indonesia akan tetapi ada baiknya kita juga mencari informasi juga tentang pasukan Belanda yang terlibat pertempuran itu dari kesatuan mana dan di pihak mereka siapa-siapa saja yang gugur.

Sumber dataBert-Jan Dierink dalam album yang berjudul Bert-Jan's museum yang diposting di group Indië-militairen 1945-1950.
 


4 komentar:

  1. Tidak peduli siapa saja pasukan Belanda yang mati. Yang penting berhasil disingkirkan dan membiarkan rakyat Indonesia hidup tenang! Kenapa makam para penjajah masih ada, seolah-olah merawat makam penjahat yang telah membuat rakyat Indonesia menderita. Kenapa tidak dialih fungsikan saja lahannya? Apakah untuk mengenang jasa-jasa penjajah untuk Belanda? Konyol sekali!

    BalasHapus
  2. Menarik tulisannya. Terimakasih, banyak bahan yang saya perlukan. Saya sekarang sedang menulis buku biografi Mayjend TNI (Purn) Sukotjo Tjokroatmodjo alm (LVRI).
    https://g.co/kgs/Lj7KAZ

    BalasHapus
  3. Sebuah konsep perang gerilya yang dapat mengalahkan pengalaman, ketrampilan, dan peralatan moderen. Tentunya dalam masa sekarang perang gerilya harusnya diaplikasikan untuk memerangi kemiskinan dan ketidakadilan di negeri ini.

    BalasHapus