Minggu, 29 Maret 2015

Perjuangan Akademi Militer Yogyakarta

Perjuangan Akademi Militer Yogyakarta

Letnan Jendral Urip Sumoharjo Kepala Staf Umum TKR yang memerintahkan pembentukan Akademi Militer di Yogyakarta

Kolonel Samijo yang mempersiapkan MA Yogyakarta pada tanggal 27 Oktober 1945

Pada tanggal 27 Oktober 1945 sekitar pukul 10.00 Letjen Urip memanggil temannya Samijo yang merupakan tamatan Akademi Militer Kerajaan Belanda di Breda.

Guntingan surat kabar Kedaulatan Rakyat tanggal 1 November 1945 yang memuat pengumuman pembukaan Akademi Militer di Yogyakarta

 Gedung MA Yogyakarta dimana dahulunya merupakan bekas gedung Christelijke MULO dan sekarang menjadi gedung SMA BOPKRI I Yogyakarta 

Asrama MA Yogyakarta di Kotabaru yang dahulu merupakan bekas gedung Normaal School dan sekarang menjadi gedung SMP N 5 Yogyakarta

Di gedung STM Don Bosco inilah dahulu di bulan November 1945 ditengah-tengah berkecamuknya pertempuran dengan Inggris di Surabaya, para kadet MA mengambil meriam peninggalan Jepang yang tersimpan di gedung tersebut yang kini menjadi gedung Panti Asuhan Don Bosco

Pengembalian para APWI melalui udara di Pangkalan Udara Panasan Solo tahun 1946

Jendral mayor DR. Mustopo yang dengan Brigade Teratenya pernah memimpin pasukan kadet MA di front Subang tahun 1946

Jembatan Cijambek di front Subang bandung Utara 
yang pernah diledakkan oleh para kadet MA pada tahun 1946




Kunjungan Panglima Besar Sudirman pada peringatan ulang tahun MA disambut dengan barisan kehormatan.


Peringatan ulang tahun I nerdirinya MA, Oktober 1946 di halaman dalam gedung MA Kotabaru yang dihadiri oleh Presiden Ir Soekarno. Nampak Panglima Besar Sudirman sedang memberi pidato sambutan (foto : IPPHOS).


Demonstrasi permainan pencak Kadet MA dalam ulang tahun MA ke I 

Tanda pangkat Vaandrig Cadet, strip putih di atas dasar merah dan lencana MA

Cadet Sayogo dari MA Yogyakarta saat mendapat tugas jaga


Taruna MA saat mengawal Jendral Sudirman ke Jakarta pada tanggal 1-2 November 1946. Jumlah Taruna MA yang berangkat ke Jakarta mengawal Jendral Sudirman berjumlah 15 diantaranya Subroto (mengundurkan diri waktu berpangkat Letnan Dua dan kelak menjadi ketua OPEC). Sedangkan Sri Bimo Ariotedjo dan Sudarmo kemudian pindah ke AURI dan kelak menjadi penerbang. Nampak para Taruna MA membawa senjata SMG Lanchester MK I.

Asrama sekolah olahraga MA di Sarangan yang diberi nama Sarang Garuda, 
kini hanya tinggal puing-puing saja


Pemandangan Sarangan dari gedung asrama Sarang Garuda

Kartu anggota kadet MA Yogyakarta tertanggal 24 Juli 1947

Sersan Mayor Kadet Mustafa tewas di Tempel pada tanggal 4 September 1947 karena kecelakaan waktu melatih rakyat setempat. Dalam peristiwa yang hampir serupa telah tewas pula Sersan Mayor Kadet Sudarto di Wates

Kadet MA di lapangan Kridosono Yogyakarta pada tahun 1947

Defile Kadet MA di lapangan Kridosono Yogyakarta pada tahun 1947 (foto : IPPHOS)

 
Demonstrasi permainan anggar kadet MA

Demonstrasi permainan bela diri kadet MA

Demonstrasi permainan bela diri kadet MA

Vaandig Cadet Anto Sugiarto yang gugur bersama dengan Vaandrig Cadet Hardosumeru dalam pertempuran di Pracimantoro pada tanggal 4 Oktober 1948 dalam operasi menumpas pemberontakan FDR (Front Demokrasi Rakyat) Madiun. Dalam pertempuran tersebut dengan keadaan luka parah ia masih mencoba bertahan terus sampai peluru pistolnya yang terakhir

Laporan perwira remaja kepada Gubernur MA Yogyakarta, pada upacara pelantikan Perwira Remaja tamatan MA angkatan pertama tanggal 28 November 1948 di halaman Istana Presiden Yogyakarta

Letnan Dua Soesilo Soedarman salah satu lulusan terbaik Akademi Militer Yogyakarta, menyerahkan Pedang Garuda Yaksa kepada Presiden RI Ir. Soekarno di Gedung Agung Yogyakarta pada tanggal 28 November 1948.


Presiden Ir Soekarno memberi ucapan selamat kepada 
salah satu perwira remaja yang baru saja dilantik

ijazahnya lulusan Akademi Militer Yogyakarta.

Kolonel GPH Jatikusumo Gubernur MA yang kedua yang memimpin kadet MA bergerilya selama menghadapi Agresi Militer ke II

Gedung Kawedanan Imogiri. Di muka gedung inilah dahulu pada tanggal 21 Desember 1948 setelah Yogyakarta diduduki tentara Belanda diadakan upacara pelantikan cadet angkatan kedua naik pangkat menjadi Vaandrig Cadet. Pada akhir upacara dinyanyikan Hymne Cadet "Biar badan hancur, kami kan terus bertempur........"

Hymne Cadet

Biar badan hancur lebur
Kita kan bertempur
Membela keadilan suci
Kebenaran murni

Di bawah dwi warna panji
Kita kan berbakti
Mengorbankan jiwa dan raga
Membela Ibu Pertiwi

Demi Allah Maha Esa
Kami nan bersumpah
Sedia membela Nusa dan Bangsa
Tanah Tumpah Darah

Contoh pamflet bikinan kaet MA sewaktu bergerilya, dalam rangka perang urat syaraf menentang pendudukan tentara Belanda di daerah Yogyakarta

Sekolah darurat awal pembentukan TKR (sekarang TNI) di daerah yang diberi nama Sekolah Tentara Divisi VIII pada tahun 1946. Namun Divisi VIII berganti nama menjadi Sekolah Tentara Divisi VII Suropati dengan simbol melati.
Di Malang sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kadet Malang, karena siswanya biasa disebut dengan Kadet. Gagasan pendirian sekolah ini berawal dari Kepala Staf Operasi Divisi VIII Mayor Mutakad Hurip setelah beliau pulang dari pertempuran di Surabaya yang pertama atau sebelum meletus pertempuran kedua 10 November 1945.
Pembukaannya diumumkan oleh Mayor Jendral Imam Sujai selaku komandan divisi VIII pada awal Novemnber 1945. Ditegaskan lulusan Sekolah tentara Divisi VII Malang sama dan sederajat dengan akademi militer di Yogyakarta. Istilah Perwira pengganti Opsir dan istilah Taruna pengganti Kadet diakui nasional juga terlahir dari Malang. Karena Kota Malang dalam bidang istilah bahasa memang selangkah lebih maju.
Hal ini dapat dilihat pada syair lagu mars kadet Malang yang berjudul “Mars Taruna Perwira” (Moehkardi, 1979:192). Sekolah Tentara mula-mula menempati bekas gedung Meisjes HBS, beberapa bulan kemudian pindah ke gedung Eropees che Lagere School (Susteran Corjesu) dan setelah sekolah ini benar-benar tidak mampu menampung peminat, akhirnya pindah ke bekas Asrama Marine Belanda di Jalan Andalas, kompleks Angkatan Laut sampai tahun 1947.
Pada tahun 1949 MA di Malang ini diintegrasikan dengan MA di Yogyakarta dan para kadet ex MA Malang bergabung di Peleton Z MA Yogyakarta. 

Vaandrig Cadet Madjid  ketua senat ex Kadet Malang bersama stafnya 
(foto koleksi pribadi Kol. Purn Madjid)


Dua buah stempel  yang serba guna selama masa gerilya kadet MA di Jawa Timur  
(foto koleksi pribadi Kol. Purn Madjid)

Letda Kusnodanujo yang gugur di Ponorogo ketika bergerilya menghadapi Agresi Militer Belanda ke II pada tahun 1949

Letda Thobias Pasuat Kandou (Bos) yang gugur di Godean pada tanggal 17 Februari 1949 ketika patrolinya berpapasan dengan patroli Belanda. Ketika gugur ia baru 79 hari menjadi perwira

Tempat terjadinya pertempuran antara gerilya MA dengan patroli Belanda di sebelah utara desa Sambiroto pada tanggal 22 Februari 1949

Simpang tiga di lorong desa Sambiroto inilah tempat Vaandrig Cadet Abdul Jalil gugur pada tanggal 22 Februari 1949

Vaandrig Cadet Abdul Jalil gugur pada tanggal 22 Februari 1949

Di kalangan temannya Vaandrig Cadet Abdul Jalil dikenal sebagai pemuda pendiam yang berjiwa seniman. Dia sering suka menyepi, mengasingkan diri untuk membuat syair sebagai penyalur gelora remajanya. Ia juga pandai main piano dan menggubah lagu. Ada sebuah lagu yang sangat populer di kalangan para kadet MA Yogyakarta yang merupakan hasil ciptaan Vaandrig Cadet Abdul Jali lyang merupakan curahan hati Vaandrig Cadet Abdul Jalil kepada seorang perawat yang bernama Lucy saat Vaandrig Cadet Abdul Jalil dirawat di rumah sakit Ngelo. Adapun bunyi syair lagu tersebut adalah sebagai berikut :

Kenangan jaman dahulu
Malam hari ku duduk sendiri
Tak ada seorang disisi
Mengenangkan jaman bahari
Kala aku duduk disampingmu
Disaksikan bulan purnama
Wajahmu nan indah jelita
Selalu terbayang di mata
Rasa bahagia meliputi kita berdua
Laksana di sorga
Puas terasa tercurah kasihmu
Kasihku, oh Juita
Senyumanmu meresah di kalbu
Tak mudah kulupakan, sungguh
Mengenang jaman dahulu..........

Sebagian dari peleton Z yang berjongkok paling kiri dan berbaret adalah Vaandrig Cadet Slamet Herman komandan peleton Z. Peleton Z inilah yang terlibat pertempuran di Plataran dan lima orang anggotamya gugur. Berdiri di tengah memakai dasi dan peci adalah Vaandrig Cadet Suprapto (foto koleksi Kol. CPM. Andi Chairoel)

5 anggota peleton Z yang gugur dalam pertempuran di Plataran adalah sebagai berikut :
Vaandrig Cadet Husein (komandan regu)
Vaandrig Cadet Sarsanto
Vaandrig Cadet Suharsoyo
Vaandrig Cadet Subiyakto
Vaandrig Cadet Sumartal

Vaandrig Cadet Sarsanto yang merupakan yang pertama gugur 
dalam Palagan Plataran 24 Februari 1949

Letda RM. Utoyo Notodirjo gugur di Plataran pada tanggal 24 Februari 1949, dimana beliau mengambil alih sepucuk bren dari tangan seorang kadet yang terluka parah. Dia berusaha menahan gerak maju pasukan tentara Belanda dan melindungi para kadet yang sedang mundur sampai akhirnya dia sendiri gugur.

Mayor J. F. Scheers (mengenakan pistol) komandan Batalyon 1-15 RI yang anak buahnya terlibat dalam pertempuran Palagan Plataran 24 Februari 1949 (foto dari buku Let. Kol. J. F. Scheers, Djokjakarta)

Komando Batalyon  Suraji ? Rayon II PPS II di desa Kener Boyolali 
(foto dari buku Slamet Riyadi)


Pasukan gerilya dari Sub Wehrkreis 104 WK III di bawah pimpinan Mayor Soekasno (depan kanan) dan perwira operasi Letnan Dua Soesilo Soedarman (depan kiri), di desa Kepurun pinggiran kota Yogyakarta pada Maret 1949 setelah melaksanakan Serangan Umum 1 Maret 1949. Nampak pula Mayor Ir. Herman Johanes (berdiri no 2 dari kiri) dari satuan demolisi.

Vill Dr. Sukiman di Kaliurang dimana dalam serangan MA Yogyakarta terhadap pos ini pada tanggal 30 April 1949 Vaandrig Cadet Slamet Sudibyo (komandan regu pengganti Vaandrig Cadet Husein dari peleton Z) gugur tersungkur di belakang villa tersebut

Di desa Gejayan di timur laut Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 pagi sudah siap untuk bergerak masuk kota Yogyakarta. Pada gambar nampak Letda Wiyogo komandan Kompi MA sedang berjabat tangan dengan salah seorang anggota Panitia Militer Komisi PBB yang siap menjemputnya. Berdiri paling kanan adalah Kolonel. Jatikusumo

Pasukan MA mulai bergerak masuk kota Yogyakarta. Berjalan paling depan dari kiri ke kanan adalah Letda Sunarko, Kolonel Jatikusumo, Sri paku Alam VIII, dan Letda Wiyogo

Saat pasukan MA bergerak memasuki kota Yogyakarta opada tanggal 29 Juni 1949.
Berbaris di baris depan adalah Letda R. Sunarjo dan Vaandrig Cadet Sujanadi

Setelah memasuki kota Yogyakarta tempat pertama yang dituju adalah rumah sakit pusat Petronela yang dijadikan sebagai pos komando. Di situlah mereka dengan khidmat melakukan upacara pengibaran bendera merah putih

Letda Wiyogo sedang laporan dan menerima instruksi selanjutnya dari Komandan Wehrkreise III Let. Kol. Suharto, disaksikan oleh Sri paduka paku Alam VIII dan Kol. Jatikusumo

Setelah tahap terakhir penarikan pasukan Belanda dari Yogyakarta selesai, pasukan MA lalu melanjutkan gerakannya ke bagian barat laut kota dan bergambar sejenak di simpang tiga jalan menuju ke Semarang/ Magelang

Para instruktur MA Yogyakarta pada tahun 1949

Let. Kol. Sahirjan salah satu instruktur MA Yogyakarta

Bekas benteng Belanda yaitu Benteng Vredeburg ini setelah Yogyakarta kembali ke tangan Republik Indonesia dijadikan sebagai markas MA Yogyakarta yang baru. Gedung tersebut setelahnya pernah menjadi markas Batalyon Infanteri 403 Divisi Diponegoro dan kini menjai Museum Benteng Vredeburg

Dalam  upacaramenyambut kembalinya Presiden dan wakil presiden dari tempat pengasingan pada tanggal 6 Juli 1949 di Maguwo, peleton MA mendapat kehormatan menerima, mengawal dan mengibarkan bendera pusaka Sang Merah Putih kembali dari Presiden Ir Sukarno

Pemakaman kembali 10 kadet dan 3 orang Tentara Pelajar di Makam Taman Bahagia Semaki Yogyakarta pada tanggal 21 Agustus 1949. Dalam foto nampak iring-iringan jenazah yang didahului barisan kadet dan barisan pelajar pembawa bunga (foto koleksi Mayor Jendral Susilo Sudarman) 

Para kadet nsmpsk mengheningkan cipta mengiringi pemakaman kembali kawan-kawannya di Semaki (foto koleksi Mayor Jendral Susilo Sudarman) 

Tempat peristirahatan terakhir Letda RM. Utoyo Notodirjo dan kawan-kawannya di Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta

Pelantikan perwira tamatan MA angkatan ke II di Yogyakarta pada tanggal 5 Oktober 1949 oleh Presiden Ir Soekarno nampak dalam foto Gubernur MA Kol. Jatikusumo sedang menyerahkan ijazah kepada Letnan Dua Suprapto yang lulus ujian dengan nilai tertinggi. 


Selesai pe;lantikan Presiden Ir Sukarno dan Sri Sultan hamengku Buwono IX memberikan salam selamat kepada para perwira baru.

Alumni MA angkatan II Kompi R sesaat setelah pelantikan 
 (Koleksi foto Letda Pur. Suhadi)


 Pelantikan perwira tamatan MA angkatan ke II di Jakarta pada tahun 1950

Ucapan selamat dari KSAP Kol. TB Simatupang

Kadet MA angkatan ke III yang akhirnya hanya tinggal 7 orang saja

Reuni pertama alumni MA Yogyakarta pada tahun 1956 di Yogyakarta

Monumen MA Yogyakarta di depan SMA BOPKRI I Yogyakarta

Di monumen MA Malang yang terdapat di Jalan Ijen ini di salah satu reliefnya nampak jelas terpampang lagu Hymne Sumpah Janji Taruna yang liriknya sama persis dengan lagu Hymne cadet yang dinyanyikan pada akhir acara tanggal 21 Desember 1948 setelah Yogyakarta diduduki tentara Belanda diadakan upacara pelantikan cadet angkatan kedua naik pangkat menjadi Vaandrig Cadet di gedung Kawedanan Imogiri




5 komentar:

  1. Terima kasih sudah membuat blog ini.
    Mengenangkan kembali Bapak saya yang termasuk Angkatan I MA.

    Salam,

    BalasHapus
  2. AKADEMI MILITER:
    Jl Gatot Subroto Magelang
    Telp.(0293) 363001 - 363009
    Fax.(0293) 362815
    [INLINE] ALUMNI - 1948

    https://www.library.ohio.edu/indopubs/2001/08/25/0006.html

    BalasHapus
  3. Terima kasih buat yg membuat blog ini, ditenpat inilah ayah saya di didik menjadi prajurit TNI

    BalasHapus
  4. Terima kasih buat yg membuat vlog ini alm bapak kami....menjadi kenangan yg indah buat anak cucu.......

    BalasHapus
  5. Terima kasih atas blognya yang luar biasa. Mohon ijin menggunakan sebagian foto-fotonya untuk biografi ayah saya.

    BalasHapus