Bangunan di Yogyakarta Zaman Perjuangan 1945 - 1950
Gedung Agung di masa Perjuangan Revolusi Fisik
Gedung kantor Biro Perjuangan Kementerian Pertahanan RI di Jogja pada tahun 1947. Biro ini dibentuk pada Mei 1946 untuk mengkoordinir segenap elemen kekuatan bersenjata iregular atau satuan-satuan paramiliter (laskar). pada tahun 1947-1948, jumlah personel laskar yang bernaung dibawah subordinasi Biro Perjuangan lebih dari 470.000 orang.
Kesatuan Mobrig berbaris di Jalan Malioboro, Djokja pada tahun 1947. Unit paramiliter dari Kepolisian Negara ini disusun sebagai kesatuan tempur dan ambil bagian dalam operasi militer di garis depan melawan Belanda. Unit-unit Mobrig di Jawa Timur, Sumatera Barat, Tapanuli dan Aceh memiliki satuan kendaraan tempur berbagai jenis termasuk diantaranya Marmon-Herrington Mk.3 dan Braat Overvalwagen.
Seorang prajurit TNI dari Pasukan Pengawal Presiden di gardu jaga depan Gedung Agung, Jogjakarta pada tahun 1947. Selama berlangsungnya Agresi Militer pertama Belanda 1947, ibukota Jogja dinyatakan dalam keadaan darurat dan diberlakukan jam malam. Tentara Belanda telah berada begitu dekat dengan ibukota Republik sejak minggu pertama Agustus 1947. Front pertempuran terdepan hanya berjarak 130 km disebelah barat dan 80 km diutara Jogja.
Prajurit
TNI sedang melakukan aplus jaga di Markas Tentara Repoeblik di
Djogjakarta, Desember 1947. Markas Tentara Repoeblik di
Djogjakarta yang sekarang dikenal dengan nama Hotel Toegoe timur Stasiun Toegoe Djogjakarta. Nampak masih memberi hormat dengan gaya tentara
Jepang
Polisi Militer TNI yang merupakan personel Pasukan Pengawal Presiden di Gedung Agung, Jogjakarta pada tahun 1948.
Polisi Militer TNI yang merupakan personel Pasukan Pengawal Presiden di Gedung Agung, Jogjakarta pada tahun 1948.
Palang Merah Pusat di Yogyakarta berlangsung. Semuanya berjalan normal an nampak sedang mengadakan pelayanan klinik di pagi hari. Januari 1949.
Pada tanggal 4
Juli 1949, Sri Sultan Hamengkubuwono IX meninjau Warung Puas
yang terletak di kampung Gamelan yang selama perang gerilya sebagai tempat pertemuan pejuang dan kurir.
Oktober 1949 Pasoekan Polisi Tentara yang dipimpin oleh Letnan Massubagio dan Letnan Norman sedang memasuki kota Djocja dari arah Selatan
Presiden RIS Soekarno diantar. Kolonel Soeharto berangkat ke-. Jakarta
pada tanggal 28 Desember 1949.
yang terletak di kampung Gamelan yang selama perang gerilya sebagai tempat pertemuan pejuang dan kurir.
Oktober 1949 Pasoekan Polisi Tentara yang dipimpin oleh Letnan Massubagio dan Letnan Norman sedang memasuki kota Djocja dari arah Selatan
Presiden RIS Soekarno diantar. Kolonel Soeharto berangkat ke-. Jakarta
pada tanggal 28 Desember 1949.
5 Oktober 1950 pada Perayaan Hari TNI ke 5 dimana dilakukan
parade peralatan militer yang dimiliki oleh TNI.
(Foto dari pameran arsip yang dilangsungkan di
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJogya theatre dulunya lapangan bola bukan terminal 🙏
BalasHapusada sedikit masukan min,koreksi bila saya salah....pada gambar mobrig memasuki kota jogja itu tahunnya bukan 1957 tapi 1949 setelah penyerahan kedaulatan ke indonesia....terus yg penjaga gedung agung itu bukan dari tni tapi dari mobrig,karna sebelum ada tjakrabirawa penjaga bung karno dan keluarganya dari mobrig
BalasHapusCakrabirawa ini diresmikan oleh Soekarno di Wina, Austria pada 6 Juli 1963. Soekarno menyerahkan baret merah tua dan juga tongkat komando kepada Sabur melalui upacara sederhana. Pembentukan Cakrabirawa dilatarbelakangi oleh banyaknya kejadian penyerangan presiden yang membahayakan presiden. ( mngk ini bisa melengkapi info diatas )
BalasHapusCakrabirawa ini diresmikan oleh Soekarno di Wina, Austria pada 6 Juli 1963. Soekarno menyerahkan baret merah tua dan juga tongkat komando kepada Sabur melalui upacara sederhana. Pembentukan Cakrabirawa dilatarbelakangi oleh banyaknya kejadian penyerangan presiden yang membahayakan presiden. ( mngk bisa melengkapi info diatas )
BalasHapusSangat berguna informasi sejarahnya walau masih ada kekurangan tapi sudah cukup bagus....lanjutken...👍👍
BalasHapus