Rabu, 29 Juli 2015

Tentara Genie Pelajar di Magelang

 Tentara Genie Pelajar di Magelang

Pada tahun 1946 TGP yang ada di kota Magelang yang dipimpin oleh Sukirno bergabung dengan TGP Yogyakarta yang dipimpin oleh Sunjasworo. TGP magelang dan Muntilan berhasil membuat senjata stengun sebanyak 6 – 7 pucuk setiap bulannya. Atas pimpinan Sadli (bekas Menteri pertambangan), di magelang didirikan satu laboratorium bahan peledak. Dari bahan-bahan peledak tersebut, kemudian dibuat granat-granat, granat gombyok, bom molotov, dan peledak gedung. Prestasi mereka ini berkat pelajaran yang diberikan oleh para mahasiswa dibawah pimpinan Sadli yang tergabung dalam Corps Mahasiswa.
Antara serbuan Belanda I dan II—Purbo-Hadiwidjoyo sempat terlibat dalam pembuatan granat gombyok, granat dengan ekor tali rami terurai, untuk memudahkan pelemparan barang berbahaya itu. Purbo-Hadiwidjoyo terlibat dalam kegiatan itu berkat ajakan teman dekat pada waktu itu, Sdr. Sasmito Iskandar, yang juga membawa Purbo-Hadiwidjoyo di SMI. Di kemudian hari, Sasmito Iskandar pernah bekerja di Pindad, Perindustrian Angkatan Darat di Bandung. Sasmito Iskandar menetap di kota Bandung itu sampai akhir hayatnya.
Para pekerja pembuat granat selain dari SPGT juga siswa-siswi SMA dan SMP. Yang menonjol adalah Slamet Rekso yang siswa SMA, karena Slamet Rekso-lah yang menjembatani siswa SMA-SMP dan para anggota Corps Mahasiswa. Di kemudian hari Slamet Rekso juga pindah ke Bandung dan jadi Kepala SMA 3, sekolah bergengsi.

Proses pembuatan granat gombyok ini berbahan bom yang dijatuhkan dari pesawat cocor merah yang tidak meledak, oleh para pemuda diambil. Kemudian digergaji untuk diambil mesiunya. 
Serbuk mesiu dimasukan ke dalam besi yang beberbentuk seperti cawan. Dalam cawan sudah ada campuran patahan besi dan paku. Setelah itu cawan ditutup menggunakan besi (bukan baja) yang dibagian belakanganya sudah ada ekor yang terbuat dari kain (gombyoknya).
Dalam penggunaannya lemparan granat gombyok rata-rata mencapai 15-20 meter
Ada peristiwa yang membuat Purbo-Hadiwidjoyo merasa terpukul dan sadar betapa pekerjaan yang mereka lakukan itu berbahaya. Seorang yang jadi korban hingga mati kebetulan adalah perjurit, dan seorang lagi Sdr.Widjil, siswa SMP yang terkena mata kirinya.
Hal ini bisa terjadi oleh karena beberapa faktor :
1. Kesalahan dalam memasukan penekan dari atas ke dalam benda yang seperti cawan.
2. Cara melempar yang tidak memegang gombyoknya.
3. Seharusnya jatuhnya lemparan ke depan tapi mebalik ke belakang karena faktor ketakutan.
 

Sumber:
Purbo-Hadiwidjoyo, 2006, "Dari Sekedar Melakoni Ke Memilih Yang Ingin Dilakukan"

Sigit Sugito, Drs., Suharsana, 1978, "Peranan Pelajar dan Mahasiswa dalam Perang Kemerdeaan Sebuah Ichtisar", Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sejarah ABRI, hal :17 - 18.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar