Perjuangan Eyang Oesodo Selama Class ke II
Nama
beliau adalah bapak Eyang Oesodo dan saat Agresi Militer Belanda ke II
dimasukkan artileri dan diberi senjata 2 cm. Dengan senjata serta peluru
yang terbatas dan dibantu 15 orang anak buahnya Eyang Oesodo menyerbu
markas pos terdepan Belanda yang berada di Bantul ( Sekarang: tangsi
polisi Bantul ). Mengingat terbatasnya persenjataan dan kekuatiran akan
jatuhnya banyak korban warga sipil Eyang
Eyang Sodo dan teman-temannya mengatur strategi dengan melakukan
penyerangan di malam hari. Strategi ini ternyata cukup ampuh. Banyak
prajurit Belanda berguguran. Penyerangan Eyang Sodo dan kawan-kawannya
diperluas sampai ke markas besar dan pusat kekuatan yang berada di
pabrik Padokan Madukismo. Markas ini biasa memasok pasukan ke pos - pos.
Pejuang dengan senapan kaliber 20 mm dari jenis
Panzerbuchse Solothurn S18-1000 cal 20 x 138 mm
Bersenjatakan 20 mm dan 12,7 mm, Eyang Oesodo dan kawan-kawannya
menggempur markas. Hasilnya luar biasa. Menurut laporan dr. Piculli,
Kepala Rumah Sakit Bethesda, sebanyak 70 jenazah prajurit Belanda yang
dimasukan ke kamar jenasah akibat gempuran Eyang Sodo dan
kawan-kawannya. Bukan hanya itu, penghadangan konvoi Belanda dibawa
pimpinan Kolonel Van Langen menuju Pos terdepan Bantul juga dilakukan
Eyang Sodo dan kawan-kawannya. Sekitar tujuh-puluhan serdadu Belanda
beserta kendaraan mengalami nasib naas. Hancur diberondong peluru Eyang
Sodo dan kawan-kawannya. Setelah melakukan penghadangan Eyang Sodo
memerintahkan pasukannya untuk kembali ke tempatnya. Sedangkan Eyang
Sodo tetap berada di tempat itu, ditengah hamparan sawah sambil
memperhatikan bantuan serdadu Belanda yang mengangkut jenazah dan
menarik kendaraan yang rusak. Setelah menyaksikan segala yang terjadi di
malam itu dan situasipun dianggap sudah aman , Eyang Sodo menyeberangi
jalan besar lalu menyeberangi lagi kali Bedog yang waktu itu dalamnya
air sebatas dada orang dewasa. Tak disangka di tepi barat sungai Bedog
tersebut berdiri Pak Harto (Soeharto Mantan Presiden RI) berpakaian
seperti rakyat biasa, meneteng pancing di tangan, bersarung dan bertopi
caping. Pak Harto menanyakan apa sedang terjadi dan Eyang Sodo
menceritakan kejadian yang baru saja mereka lakukan yakni mencegat dan
menghancurkan konvoi Belanda yang akan dikirim ke Pos Bantul. Selesai
menceritakan Eyang Sodo lalu diajak Pak Harto ke Markasnya yang berada
didaerah Kasihan, sebelah barat pabrik gula Madukismo. Sesampainya
disana Eyang Sodo diajak makan bersama dengan Mantan orang nomor satu di
republik ini. Eyang Sodo mengaku baru pada kesempatan itulah dia
merasakan makananyang begitu enak. Walaupun cuma nasi putih dicampur
jangan besengak, berlauk tempe dan telur namun ruasanya nuikmat sekali,
ujar Eyang Sodo penuh ekspresi. Pasukan yang dimotori Eyang Akhirnya
memasuki Kota Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar